Komentar

Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Subang bersama dengan Tenaga Ahli Sejarah hadir dalam program Talkshow Lekat di Studio Radio Benpas Subang pada Rabu (13/8). 

Talkshow kali ini mengangkat tema "Menapaki Jejak Perjuangan di Kabupaten Subang", sebuah diskusi yang bertujuan untuk mengupas kembali dan mendekatkan sejarah perjuangan Subang, dengan dipandu oleh Farida Al-Qodariah, S.I.Kom selaku Pranata Siaran Radio Benpas Subang.

Hadir secara langsung, Andi Arismunandar, S.Pd., Gr., M.Hum., selaku Wakil Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Subang, yang mengawali penjelasan dengan pemahaman akan sejarah lokal, terutama jejak-jejak perjuangan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari terbentuknya Kabupaten Subang. 

Andi menyebutkan bahwa sejarah Subang belum sepenuhnya di bukukan, saat ini masih proses di bukukan agar masyarakat luas paham terkait sejarah Subang yang sebenarnya.

Hadir juga Tenaga Ahli Sejarah, Anggi Agustian Junaedi, M.Hum., yang menjelaskan secara rinci awal mula sejarah Subang.

Anggi dalam paparannya, menekankan bahwa pemahaman masyarakat mengenai budaya masih sering parsial dan hanya dianggap sebatas kesenian, padahal budaya memiliki makna yang lebih dalam. 

Ia pun menegaskan bahwa budaya itu adalah tentang bagaimana kita menguatkan identitas dan jati diri bangsa serta melihat warisan leluhur sebagai fondasi karakter.

Salah satu fakta paling menarik yang diungkap Anggi dalam talkshow tersebut adalah julukan Subang sebagai "Rotterdam Van Java". 

Anggi menjelaskan bahwa julukan ini lahir bukan hanya karena keindahan kotanya. Tetapi karena pada masanya, Subang memiliki fasilitas yang sangat lengkap dan modern, layaknya kota pelabuhan besar di Belanda.

Lebih lanjut, kemakmuran Subang di masa kolonial pun terungkap bahwa beras kualitas terbaik dari Pamanukan dan Ciasem berhasil diekspor hingga ke Amsterdam. Selain itu, sejarah kopi Subang juga sangat fenomenal, dengan produksi yang pernah mencapai 347.000 ton. 

Hadir secara langsung, Adeg P. Gantia, S.Hum., yang membahas metode penyampaian sejarah yang efektif. Hal demikian untuk lebih membumikan dan mengenalkan tokoh-tokoh pada masyarakat, terutama kepada generasi Gen Z dan Alpha.

Ia menyatakan bahwa pintu Museum Sejarah Subang selalu terbuka setiap hari Selasa hingga Minggu, dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, dengan akses masuk gratis.

Sebagai penutup, Anggi memaknai kemerdekaan bukan hanya sebagai kebebasan, tetapi keberanian untuk berjuang demi masa depan, minimal dengan berjuang melawan kemalasan.

Andi menambahkan bahwa belajar sejarah itu tidak hanya mempelajari masa lalu, tetapi untuk memetakan masa depan. Serta Adeg berharap anak muda dapat benar-benar merasakan nilai sejarah saat berkunjung ke Museum Subang.




dok: restu

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+