Komentar

Idioms merupakan kata-kata atau istilah tertentu yang maknanya tidak harfiah, atau tidak sama seperti arti di kamus. Idioms digunakan untuk menggambarkan, mengekspresikan, atau mengungkapkan sesuatu yang berkaitan erat dengan budaya masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Ida Maulida, M.Pd., dalam program kolaborasi edukatif bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Subang (UNSUB) di Radio Benpas Subang, pada Sabtu (20/9).

Ida menjelaskan bahwa pada masanya, ia termasuk orang yang belajar bahasa Inggris dengan mengandalkan kamus. Namun, seiring berkembangnya teknologi, ia kini juga memanfaatkan Google Translate yang dapat membantu menafsirkan idioms.

"Dalam kehidupan sehari-hari, idioms biasanya digunakan dalam komunikasi non-formal, seperti obrolan dengan teman atau di lingkungan sosial yang tidak resmi. Intinya, idioms banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari," ujar Ida.

Ida menambahkan bahwa idioms memiliki beberapa tujuan, di antaranya tujuan kognitif, yaitu ketika seseorang belajar idioms, maka ia akan memahami ekspresi serta makna yang disampaikan melalui idiom tersebut. Tujuan afektif, yaitu dengan memahami idioms, pembelajar bahasa Inggris akan merasa lebih termotivasi dan memperkaya kosakata.

Sementara itu, tujuan psikomotorik dapat dicapai melalui penggunaan idioms di media sosial, seperti menulis caption dalam bahasa Inggris. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan kemampuan berbahasa Inggris dengan cara yang lebih kekinian, sekaligus belajar idioms secara natural.

Turut hadir pula Mimin Aminah, M.Pd., yang menjelaskan manfaat belajar idioms agar lebih memahami ungkapan-ungkapan yang umum digunakan oleh generasi Z.

Selain itu, Sopyan Rizki Haryadi, M.Pd., juga hadir untuk menjelaskan pentingnya olahraga di rumah. Menurutnya, banyak aktivitas fisik yang bisa dilakukan di rumah dengan referensi yang tersedia di internet atau media sosial. Olahraga di rumah bisa dimulai sejak bangun tidur, misalnya dengan stretching atau peregangan.

Sopyan menjelaskan bahwa biasanya peregangan dilakukan dengan hitungan 1–8, karena otot akan terasa teregang secara optimal jika diregangkan minimal selama 8 detik. Hal ini membuat otot lebih lentur dan tidak kaku.

“Dengan melakukan pemanasan atau stretching, hal-hal negatif seperti tersumbatnya peredaran darah bisa diminimalisir atau bahkan dicegah,” ujar Sopyan.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini sudah semakin banyak orang, termasuk orang tua, yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan. Minimal, olahraga bisa dilakukan seminggu sekali, misalnya dengan berjalan kaki selama 15–20 menit secara rutin. Pentingnya olahraga sejak dini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan massa otot dan komposisi tulang agar tetap terjaga.



dok: restu

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+