Komentar

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Subang, Dr. Slamet Wahyudi Yulianto, M.Pd., menjadi narasumber dalam program siaran FKIP Universitas Subang yang disiarkan dari Studio Radio Benpas Subang pada Sabtu (8/11).

Program tersebut dipandu oleh tiga mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, yakni Shalwa, Trie, dan Fey, dengan mengangkat tema menarik “Bahaya Native Speakerism dalam Pendidikan Bahasa Inggris Kontemporer.”

Dalam pemaparannya, Dr. Slamet, yang juga menjabat sebagai Kepala UPT Pusat Bahasa Universitas Subang menjelaskan bahwa meskipun konsep native speakerism terlihat ideal, pandangan tersebut justru mengandung banyak risiko dan kelemahan.

Menurutnya, paradigma native speakerism membuat proses pembelajaran bahasa Inggris menjadi kaku dan menciptakan mentalitas bahwa pembelajar harus mampu berbahasa Inggris seperti penutur asli. Padahal, kenyataannya, penutur asli bahasa Inggris hanyalah sebagian kecil dari seluruh pengguna bahasa Inggris di dunia.

“Jumlah penutur asli diperkirakan kurang dari sepertiga dari total pengguna bahasa Inggris global,” ungkapnya.

Sebagian besar pengguna justru berasal dari negara non-berbahasa Inggris yang memanfaatkan bahasa ini untuk komunikasi internasional. Oleh karena itu, Dr. Slamet menekankan pentingnya pergeseran paradigma dalam pengajaran bahasa Inggris, dari konsep EFL (English as a Foreign Language) menuju EIL (English as an International Language) atau bahkan ELF (English as a Lingua Franca).

Ia juga memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 80 persen komunikasi berbahasa Inggris di dunia terjadi antar penutur non-asli, seperti antara pengguna dari Jepang, Rusia, atau Arab Saudi bukan dengan penutur asli dari negara-negara berbahasa Inggris.

Dalam sesi akhir, Dr. Slamet memberikan tiga pesan penting: Kepada siswa, ia berpesan agar belajar bahasa Inggris dengan tujuan untuk dapat berkomunikasi secara efektif lintas budaya, bukan untuk meniru penutur asli. Kepada guru, ia mendorong untuk mengenalkan konsep World Englishes yakni bahasa Inggris dengan berbagai aksen dan variasi, tidak lagi terbatas pada standar Amerika atau Inggris. Kepada pengambil kebijakan, ia merekomendasikan peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Inggris dengan memberdayakan guru yang memiliki latar belakang linguistik serupa dengan siswanya.

Melalui diskusi ini, Dr. Slamet berharap paradigma pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia dapat lebih inklusif dan relevan dengan realitas global yang semakin beragam.

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+