Komentar

Indonesia memiliki ragam budaya sesuai semboyan Republik Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika. Budaya tersebut menyebar di seluruh pelosok negeri termasuk Kabupaten Subang sebagai daerah yang memiliki beragam budaya, kearifan lokal, hingga kesenian sebagai ciri khas tersendiri.

Untuk menjaga budaya tersebut agar tetap lestari, adapula wangsit atau garis keturunan yang biasanya berasal dari warga setempat.

Hal itu pula yang diungkap oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Adat Banceuy, Kang Odang dan Humas Kampung Adat Banceuy Kang Dani saat hadir dalam acara Ngobrol Santai (Ngobras) di Radio Benpas Subang 98,2 Fm pada Selasa, (15/6).

Menurutnya, wangsit tersebut biasanya muncul dalam diri seseorang yang berada dalam garis keturunan leluhur sehingga ingin menjaga tradisi setempat agar terus dikenal oleh masyarakat luas.

"Kayak menetes aja spontanitas langsung bergerak (melestarikan tradisi, red)," ujarnya.

Sedangkan warga yang berada di luar garis keturunan para leluhur, biasanya dikenalkan serta dilibatkan sejak dini agar tak asing lagi dengan berbagai ritual di Kampung Adat Banceuy.

Jika terdapat masyarakat umum yang memiliki stigma tertentu terhadap pihaknya, Kang Odang pun mengatakan bahwa ia tetap optimis menghadapinya.

"Semua orang berbeda keyakinan tapi tujuannya satu, orang di luar sana mau bilang bagaimana selama kami tidak melanggar aturan Tuhan dan norma kenapa tidak dan apa yang diturunkan oleh leluhur itu ternyata banyak nilai yang benar-benar positif dan bekal hidup kita ke depan," tambahnya.

Meskipun menekankan nilai tradisi, warga di Kampung Adat Banceuy tak menutup modernisasi seperti teknologi termasuk dalam mendukung ekowisata yang saat ini tengah dikembangkan.

Kampung Adat Banceuy pun mulai menjadi desa wisata sejak Bupati Subang, H. Ruhimat meresmikan program tersebut di Bukanagara sekitar tahun 2017. 

Daerah tersebut kemudian direkrut oleh Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Subang untuk mengikuti kegiatan, pelatihan dan pembekalan ilmu menuju desa wisata.

"Warga Banceuy juga mengucapkan terima kasih kepada Disparpora yang telah mendidik kami untuk meningkatkan dari segi kepariwisataannya," ujarnya.

Sebagai Humas Kampung Adat Banceuy, Kang Dani mengatakan strategi mengajak kaum milenial menyukai kesenian tradisional secara khusus cukup kesulitan.

"Dalam artian pendekatan emosional kepada anak-anak yang ada di Banceuy itu butuh banget kesabaran. Namun setiap kegiatan kita selalu mengajak teman-teman dari usia dini, selalu melibatkan karang taruna mau itu dalam kegiatan kesenian, pariwisata, ekowisata, observasi dalam pertanian dan apapun dan akan terkena sanksi sosial kalau gak ikut," tambahnya.

Untuk menarik perhatian kaum muda, biasanya diadakan kolaborasi dalam bidang kesenian seperti memadukan toleat dengan angklung maupun alat lainnya.

Demi memajukan Kampung Adat Banceuy terdapat sejumlah kemitraan dilakukan seperti kerja sama dengan CSR Aqua dan Human Initiative (HI) yang telah berjalan sejak empat tahun lalu.

Selain itu Kang Dani berharap, agar para milenial di Kabupaten Subang dapat menjaga budaya lokal secara lebih baik lagi.

"Tanpa disadari temen-temen milenial sekarang apa yang kalian tonton, pakai, lakukan, contohkan itu semua berawal dari sebuah budaya. Budaya adalah bagian dari jati diri bangsa ini, jadi saya titip pesan kepada temen-temen milenial jangan melupakan budaya karena budaya merupakan bagian dari sejarah," pungkasnya.***

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+