Komentar

Istilah ghosting tampaknya masih marak dipakai oleh kaum muda hingga saat ini. Bila ada seseorang yang datang dan pergi ke dalam kehidupan tanpa memberikan alasan jelas, itulah ghosting.

Penjelasan tersebut juga disampaikan dalam program acara Gosip Psikologi atau Gokil oleh Bayu Alamasyah Noor, S.Psi sebagai pegiat mental health sesuai keilmuan yang pernah ditempuhnya yakni psikologi.

Meski perilaku ghosting rasanya identik dengan pria, namun Bayu mengatakan bahwa sebenarnya setiap gender juga bisa melakukan ghosting. Didukung pula oleh sebuah survei sebuah website Elle di Amerika Serikat yang memberikan hasil surveinya mengenai perilaku ghosting berdasarkan gender.

Berdasarkan data itulah Bayu menguraikan ada sebanyak 33 persen responden pria dan 26 persen responden perempuan pernah melakukan ghosting dan menjadi korban ghosting. Sedangkan 17 persen responden pria dan 24 persen responden perempuan  pernah melakukan ghosting namun tidak pernah menjadi korban.

Sejumlah 14 persen responden pria dan 27 persen responden perempuan pernah menjadi korban ghosting namun tidak pernah menjadi pelakunya. Dan terakhir yaitu ada sebanyak 36 persen responden pria dan 24 persen responden perempuan tidak pernah berurusan dengan ghosting, baik sebagai pelaku maupun korban.

"Pada umumnya, ghosting terjadi pada orang yang baru saja saling mengenal dekat. Satu sama lain belum mengetahui seluk-beluk masing-masing," ujarnya di Studio Radio Benpas Subang pada Selasa malam, (31/5).

Bila dilihat dari definisi sendiri, ghosting adalah tindakan menggantungkan hubungan, pergi atau mendiamkan tanpa ada kejelasan. Istilah ini secara resmi masuk Merriam-Webster Dictionary tahun 2017.

Penyebabnya menurut Bayu bisa bermacam-macam, utamanya yaitu seseorang melakukan ghosting karena untuk menghindari situasi tidak nyaman.

"Cara yang lebih praktis untuk menghindari situasi tidak nyaman karena takut menyakiti jika memutuskan secara langsung. Dampak pada korban ghosting yaitu timbulnya rasa bingung karena tidak ada kejelasan, adanya rasa bersalah karena berpikir bahwa hal ini disebabkan olehnya," ujar Bayu.

Hal tersebut cenderung akan membuat korban mempertanyakan diri atas kelayakannya karena merasa ditolak serta merasa terjebak karena ingin maju namun ketidakjelasan membuat seseorang tersebut merasa masih berharap.

Juga, akan membuat percampuran rasa sedih, marah, kesepian, dan kebingungan memicu rasa sakit karena ketidakjelasan tersebut. Untuk mengenali ciri-ciri seorang yang sedang melakukan ghosting biasanya sulit ketika diajak komunikasi maupun bertemu. 

"Membatasi diri dan menjadi ada jarak," ujar Bayu.

Secara singkat, Bayu memberikan beberapa poin sebagai solusi untuk orang-orang yang menjadi 'korban' ghosting di antaranya cobalah menghubungi dan mengomunikasikan permasalahannya.

"Dekatkan diri dengan lingkungan yang supportif dan lakukan self-care," ujarnya.

Selain Bayu Alamsyah, hadir pula Shaskia Nurul Ramdhania yang turut memberikan pandangannya mengenai perilaku ghosting. Bila ingin lebih rinci, Mitra Benpas bisa menyimak kembali program Gokil dalam live streaming Facebook dan Youtube Benpas Subang.***

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+