Komentar

Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal di kota Mekkah. Pada saat itu Mekkah merupakan kota yang tengah diserang oleh pasukan gajah yang berada di bawah pimpinan Raja Abrahah.

Pada tahun ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW akan jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal 1443 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 19 Oktober 2021.

Sebagian umat Islam memperingati Maulid Nabi dengan melakukan perayaan sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Tradisi perayaan Maulid Nabi ini sudah ada sejak zaman dahulu.

Terdapat banyak versi sejarah mengenai asal mula perayaan Maulid Nabi. Versi pertama menerangkan perayaan ini dipelopori oleh Sultan Al-Muzhaffar sebagai bentuk rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

Terlepas dari tokoh penggagas Maulid Nabi, yang terpenting dari perayaan Maulid Nabi adalah tujuan serta manfaat yang diperoleh, karena sebagian umat Islam masih merayakan hari lahir Nabi Muhammad hingga saat ini.

Peringatan ini dilakukan pertama kali oleh Raja Irbil (sekarang Irak) bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri pada awal abad ke 7 Hijriyah.

Dalam kitab Tarikh, Ibn Katsir berkata:

"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya."

Kemudian, Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi menjelaskan tentang peringatan tersebut Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama.

Ulama yang hadir adalah para ahli dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya.

Sultan Al-Muzhaffar telah melakukan berbagai persiapan sejak tiga hari sebelum peringatan Maulid Nabi, dengan menghidangkan ribuan kambing dan unta kepada hadirin yang ikut memperingati Maulid Nabi.

Saat itu, sebagian ulama membenarkan dan menyetujui tindakan Sultan Al-Muzhaffar tersebut, karena mereka beranggapan Maulid Nabi baik untuk diperingati dengan cara bersedekah seperti itu.

Dalam kitab Wafayat Al-A`yan, Ibn Khallikan menceritakan Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam, kemudian ke Irak.

Ketika Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia berpendapat Sultan Al-Muzhaffar sangat perhatian terhadap perayaan Maulid Nabi.

Kemudian, Al-Hafizh Ibn Dihyah menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi berjudul 'Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir'. Buku tersebut dihadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.

Sejak peringatan Maulid Nabi pertama kali itu, tradisi Maulid Nabi dilakukan oleh sebagian umat Islam hingga sekarang.

Kemudian, perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi umat Islam setiap bulan Rabiul Awal bagi generasi umat Islam dari masa ke masa.

Selain pendapat pertama tentang perayaan pertama oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut, ada juga pihak lain yang mengatakan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi.

Sumber lain juga mengatakan perayaan Maulid Nabi pertama kali diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah.

Dengan demikian, mau bagaimana pun sejarah nya atau siapapun yang memulainya, kita harus tetap istiqamah untuk merayakan Maulid Nabi, karena itu merupakan bid'ah yang baik.*(HAD/Radio Benpas Subang)

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+