Komentar

Scaling Up Expo penerapan teknologi CSA (Pertanian Cerdas Iklim) Kegiatan Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) atau 'Proyek Modernisasi Irigasi Strategis dan Rehabilitasi Mendesak baru saja dilangsungkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Subang pada Senin, (10/10) di Desa Ciberes, Patokbeusi.

Scaling Up tersebut berarti pula sebagai demplot (penerapan teknologi di lapangan secara langsung) yang biasanya memiliki lahan uji coba seluas satu hektar. Namun di Desa Ciberes, demplot yang diterapkan tak biasa yakni seluas 50 hektar.

Tujuan dari demplot itu pun tak lain untuk meningkatkan produktivitas padi lewat perlakuan khusus sebelumnya.

Di samping itu pada 7 September 2022 lalu, hadir pula pihak dari World Bank yang menjadi sumber dana kegiatan SIMURP tersebut untuk memastikan bahwa program dapat berjalan dengan lancar.

Selain Dinas Pertanian Kabupaten Subang, kegiatan scaling up bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Pembinaan Kelompok Tani), Kementerian Dalam Negeri (Pembinaan Kelembagaan Irigasi), Kementerian PUPR (Rehabilitas Bangunan Irigasi), Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.

"Patokbeusi adalah kecamatan paling luas di antara kecamatan lain. Harapannya program scalling up ini diterapkan ke kelompok tani lainnya. Mohon dua kelompok tani yang mengikuti program scaling up diprioritaskan," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Dra. Nenden Setiawati, M.Si.

Pihaknya pun tengah menyiapkan beberapa alsinta untuk diakomodir di daerah Pantura agar mendukung kegiatan para petani setempat. Ia menyampaikan pula permohonan maaf dari Bupati Subang yang berhalangan hadir dalam acara.

Mengenai dua kelompok tani yang dimaksud, terdapat tiga testimoni. Menurut Yadi, perwakilan Petani Demonstrator dari Kelompok Tani (Poktan) Cikal Jaya mengatakan bahwa yang paling terasa dari Penerapan Teknologi CSA adalah dengan adanya alat light trap (lampu perangkap). Lampu perangkap merupakan suatu unit alat untuk menangkap atau menarik serangga yang tertarik cahaya pada waktu malam hari. Alat ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan atau jumlah populasi serangga di sawah.Selain untuk monitoring, lampu perangkap tersebut juga sebagai pengendali. Mendeteksi dini wereng coklat imigran dan Ngengat penggerek batang padi sehingga dapat mengetahui datangnya hama imigran dan puncak tangkapan populasi suatu hama. ia mengaku terbantu dan Pengendalian hama menjadi lebih mudah.

"Dalam pengelolaan sebenarnya butuh air namun telah bekerja sama dengan pengelola air (P3A). Sistem pengairan aman. Kendalanya dari infrastruktur pengelolaan air," tambah Ujang Kamal, selaku perwakilan P3A.

Sedangkan Eko Ginanjar Komaruzaman, A.Md, sebagai Penyuluh Pendamping menjelaskan bahwa Scaling Up memang melibatkan dua Poktan yaitu Cikal Jaya dan Cikal Bakal karena keduanya berdekatan serta memiliki satu aliran alir. Juga, tergabung dalam P3A. Hingga akhirnya kedua Poktan disatukan dalam Scaling Up.

Namun berdasarkan keterangannya, dua kelompok ini kurang menerapkan teknologi Climate-Smart Agriculture (CSA) dalam pengendalian hama terpadu.

"Dengan perbedaan karakter petani dan dinamika yang cukup menguras tenaga Alhamdulillah saya mengucapkan banyak berterima kasih karena kini terbuka lebar mengenai teknologi. Kendala selanjutnya di lapangan kurang menerapkan pupuk organik, sehingga penerapan teknologi CSA-nya yaitu dengan pemberian pupuk organik dan juga pemupukan berimbang" ujarnya.

Selain ketiga testimoni dari pelakunya langsung, terdapat pernyataan dari H. Otong, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat mengenai alat penabur benih untuk para petani yang juga diterapkan dalam scaling up.

"Terkendala jarak tanam antara yang biasa dilakukan petani dengan alat penabur benih. Ketika kolaborasi kita bisa disetting sehingga jarak tanamnya bisa berkurang. Kalau tidak dibantu combain harvester tenaga kerja buat panennya susah terlalu banyak orang," pungkasnya.

Acara yang juga diisi oleh kegiatan panen bersama di Desa Ciberes itu dihadiri pula oleh Drs. Aep Saepudin Subandin Camat Patokbeusi, perwakilan dari masing-masing kementerian, sejumlah penyuluh pertanian dan undangan lainnya.***

KATEGORI

Komentar (Komentar)

MEDIA SOSIAL+